Tanjung Balai, (faktaonline.net) – Buku yang berjudul “Mengenal Kebudayaan Tanjung Balai” diprotes Keturunan Sultan Asahan, karena kandungan isi dari buku tersebut ditemukan banyak kekeliruan dan belum layak dijadikan sebagai mata pelajaran muatan lokal bagi pelajar tingkat SD dan SMP se-kota Tanjung Balai.
Hal tersebut diungkapkan salah seorang dari keturunan Sultan Asahan, Ketua Majelis Pengurus Daerah (MPD) Forum Komunikasi Keluarga Besar Kesultanan Asahan (FKKBKA) Kota Tanjung Balai, Tengku M Iqbal Bustamam SSos, didampingi Sekretaris Tengku Syahdan, Bendahara Dtm Khairuddin SPdI, Wakil Sekretaris Dtm Indrasyah dan jajaran pengurus FKKBKA dalam rapat dengar pendapat bersama Ketua Komisi C DPRD Tanjung Balai, Eriston Sihaloho, penulis Eza Budiono, Rahmad Budi Sitorus, dan Kadis Pendidikan Kota Tanjung Balai Azhar, di ruang rapat lantai II DPRD Tanjung Balai, Selasa(10/11/2020).
Tengku M Iqbal Bustamam, mengatakan, kami mengapresiasiasi atas niat baik penulis dalam membuat buku tentang sejarah Kesultanan Asahan dan kebudayaan kota Tanjung Balai, yang bertujuan agar generasi muda khususnya pelajar mengetahui dan tidak lupa sejarah. Namun kami sangat kecewa Dan menyayangkan sekali dalam penulisan buku tersebut pihak penulis tidak melakukan koordinasi dengan pihak kesultanan Asahan, dan penulis juga meminta keterangan dari narasumber yang tidak kompenten, selain itu kata sambutan dari Wali kota Tanjung Balai dan Sultan Asahan tidak ada, dan banyak lagi ditemukan hal lainnya, “buku ini harus diseminarkan terlebih dahulu, kami minta, buku yang sudah beredar agar dapat ditarik kembali untuk diperbaiki”, kata Iqbal.
Dalam kesempatan tersebut pihak penulis mengakui penulisan buku tersebut banyak kekurangan dan meminta maaf atas kekeliruan yang dilakukannya dan berharap masukan dan referensi dari pihak kesultanan Asahan agar buku dapat direvisi kembali sehingga sempurna.
Sementara, Ketua komisi C DPRD Tanjung Balai Eriston Sihaloho, mengatakan, kepada Dinas Pendidikan Kota Tanjung Balai agar dapat memfasilitasi, duduk bersama dengan penulis buku Eza Budiono, Rahmad Budi Sitorus, dan Keturunan Sultan Asahan dalam menuntaskan permasalahan ini, sehingga penulisan buku ini nantinya sempurna, ucap Eriston Sihaloho. (SB).
Komentar